B-United
Would you like to react to this message? Create an account in a few clicks or log in to continue.
Login

Lupa password?

Latest topics
» Model Interface
Mungkin sepertinya kita para orang tua perlu lebih banyak belajar dari anak...? I_icon_minitimeWed Jan 02, 2013 9:26 am by Michi

» Materi Dosen
Mungkin sepertinya kita para orang tua perlu lebih banyak belajar dari anak...? I_icon_minitimeWed Dec 19, 2012 10:00 am by Michi

» Materi 20 Nov '12
Mungkin sepertinya kita para orang tua perlu lebih banyak belajar dari anak...? I_icon_minitimeMon Nov 26, 2012 2:57 pm by shaka

» Catatan
Mungkin sepertinya kita para orang tua perlu lebih banyak belajar dari anak...? I_icon_minitimeFri Nov 23, 2012 11:51 am by idna

» Materi 1-5
Mungkin sepertinya kita para orang tua perlu lebih banyak belajar dari anak...? I_icon_minitimeWed Nov 21, 2012 11:45 am by Michi

» 3. Masalah Penelitian
Mungkin sepertinya kita para orang tua perlu lebih banyak belajar dari anak...? I_icon_minitimeWed Nov 07, 2012 11:17 am by idna


Mungkin sepertinya kita para orang tua perlu lebih banyak belajar dari anak...?

3 posters

Go down

Mungkin sepertinya kita para orang tua perlu lebih banyak belajar dari anak...? Empty Mungkin sepertinya kita para orang tua perlu lebih banyak belajar dari anak...?

Post by Michi Wed Feb 16, 2011 11:39 am

Mungkin sepertinya kita para orang tua perlu lebih banyak belajar dari anak...? Piano+concert


Berikut adalah pengalaman seorang guru Les Piano tentang salah seorang muridnya yang bernama Wo Jin Yu .

Suatu
ketika dia mendapatkan seorang murid yang bernama Wo jin yu yang
berusia 12 tahun, Pada saat pertama kali mendaftar les ia di antar oleh
ayahnya.

Pada hari pertama mengikuti kursus seperti biasa sang
guru piano mengatakan bahwa ia senang sekali menerima Wo sebagai
muridnya, karena usia Wo masih sangat muda dan itu akan sangat baik
sekali karena pada usia dini biasanya seseorang akan sangat mudah
sekali untuk di ajari seuatu terutama musik katanya.

Maka sejak
hari itu Wo kecil mulai belajar bermain piano, namun saya melihat
sepertinya dia kaku sekali, jari-jemarinya sulit sekali di gerakkan,
selain itu sang guru piano juga mendapati bahwa Wo sangat tidak peka
dengan bunyi-bunyi nada. Tapi tak apalah pikirnya karena mungkin ini
hari pertamanya.

Namun demikian sepertinya Wo terus berusaha
dengan keras untuk memainkan jari-jarinya di atas piano tersebut dengan
bunyi yang tidak beraturan dan agak memekakan terlinga.

Beberapa
bulan Wo telah mencoba mempelajari segala yang saya wajibkan untuk
dipelajarinya, namun sepertinya tidak ada kemajuan yang begitu berarti.
Sampai suatu ketika sempat terlontar kata dari saya bahwa sepertinya Wo
tidak memiliki bakat yang cukup untuk menjadi seorang pianis yang baik.
Namun Wo mengatakan bahwa ia ingin bisa bermain piano karena ibunya
ingin sekali ia bisa bermain piano. Dan Wo mengatakan bahwa ia
sesungguhnya kurang menyukai piano namun ia begitu mencintai Ibunya.
Sehingga ia akan terus berusaha untuk bisa bermain piano.

Karena
sepertinya sulit sekali saya mengajarinya untuk bermain piano, suatu
ketika saya katakan padanya bahwa mungkin ia bisa mempelajari alat
musik lainya, Namun Wo dengan tegas mengatakan Tidak, saya harus bisa
bermain piano, suatu saat ibu saya akan bisa mendengar saya bermain piano dengan baik. katanya mantap.

Setiap
hari semangat Wo untuk bermain piano semakin tinggi dan ia terlihat
semakin bekerja keras untuk bermain piano. Belakangan saya mengetahui
bahwa dirumah pun ia terus berlatih piano siang dan malam. Setiap hari
Wo selalu di antar jemput oleh ayahnya. Namun sudah beberapa hari ini
sepertinya Wo tidak datang untuk berlatih piano lagi, ada apa gerangan,
dalam bathin saya bertanya-tanya. Tapi saya berpikir tak apalah mungkin
saja pada akhirnya dia menyadari bahwa memang dia tidak berbakat untuk
bermain piano dan memutuskan untuk berhenti. Ahrinya saya memutuskan
untuk tidak menghubunginya.

Enam bulan setelah kejadian itu
saya membagikan brosus pada para murid piano saya untuk memberitahukan
bahwa dua minggu lagi akan di adakan konser musik piano di balai kota
yang akan dimainkan oleh anak-anak murid asuhan saya. Namun saya agak
terkejut ketika tiba-tiba Wo datang dan menyatakan ia ingin ikut serta
dalam pertunjukan konser tersebut.

Lalu saya katakan sebenarnya
pertunjukan konser itu hanya untuk murid-murid les saya saja, dan
karena Wo sudah lama tidak les maka sepertinya Wo tidak bisa
mengikutnya. Namun dengan nada serius dan setengah memaksa Wo meminta
saya agar ia bisa mengikutinya. Ia berkata bahwa selama enam bulan ini
ia tidak bisa datang Les karena ibunya sedang sakit dan ia tidak mau
meninggalnya sendirian di rumah. Lalu dia juga meyakinkan saya bahwa
meskipun tidak ikut les ia terus berlatih keras siang dan malam untuk
bisa bermain piano. Dan dengan nada memelas dia berkata... Tolonglah bu
beri saya kesempatan untuk bisa ikut serta dalam pertunjukan tersebut.

Saya
berpikir jika Wo ikut mungkin bisa merusak pertunjukan yang ada nanti,
tapi entah mengapa dari dalam bathin saya kok seperti ada dorongan kuat
untuk memberikan kesempatan pada anak ini untuk mengikutinya hingga
pada akhirnya saya pun mengijinkan Wo untuk ikut.

Malam
pertunjukan datang. Balai Kotapun dipenuhi dengan orang tua, teman, dan
relasi. Saya menempatkan Wo pada urutan terakhir persis sebelum saya
tampil ke depan untuk berterima kasih dan memainkan bagian terakhir
dari konser malam itu. Saya rasa jika terjadi kesalahan yang buat oleh
Wo di akhir acara nanti saya bisa menutupinya dengan permainan saya.

Pertunjukan
itu berlangsung tanpa masalah. Murid-murid telah berlatih dan hasilnya
sangat bagus. Lalu tibalah kini giliran Wo naik ke panggung. Bajunya
kusut dan rambutnya agak berantakan saya berpikir dalam hati. "Kenapa
dia tak berpakaian seperti murid lainnya?" dan. "Kenapa ibunya tidak
menyisir rambutnya setidaknya untuk malam ini saja..?"

Wo
menarik kursi piano dan mulai bicara. Saya terkejut ketika Wo
menyatakan bahwa dia telah memilih untuk memainkan karya Mozart's
Concerto #21 in C Major. Jantung saya berdebar keras menantikan apa
yang akan terjadi karena saya tahu itu adalah tidak mudah apa lagi bagi
seorang anak seperti Wo. Namun tiba-tiba saja terdengar alunan nada
yang begitu indah, terlihat ayunan jarinya ringan di tuts nada, bahkan
menari nari dengan indah dan gesitnya. Dia berpindah dari pianossimo ke
fortissimo... dari allegro ke virtuoso. sungguh sangat mengagumkan!

Saya
tak pernah mendengar lagu Mozart dimainkan orang seumur anak 12 tahun
sebagus dan seindah itu! Setelah enam setengah menit, dia mengakhirinya
dengan crescendo besar, dan tanpa sadar telah membuat semua orang
terpana seolah tidak percaya pada apa yang mereka saksikan dan mereka
dengar...namun taklama setelah itu terdengar tepuk tangan yang riuh dan
sangat meriah.

Segera saja mata saya berlinangan air mata,
saya segera naik ke panggung dan memeluk Wo dengan penuh rasa haru dan
sukacita."Saya belum pernah mendengar kau bermain piano seindah itu,
Wo! Bagaimana kau melakukannya?" Melalui pengeras suara Wo menjawab,
"Bu Yun Yi.. masih ingatkah ibu ketika saya berkata bahwa mama saya
sedang sakit? Ya, sebenarnya mama saya sedang sakit kanker dan dia baru
saja meninggal tadi pagi. Tahukah ibu bahwa sebenarnya... mama saya itu
tuli sejak lahir jadi aku yakin malam inilah pertama kali ia bisa
mendengar suara aku bermain piano. Permainanku malam ini sengaja aku
persembahkan khusus bagi mama ku sebelum ia pergi menemui Tuhannya."

Tak
satupun dari para penonton yang hadir malam itu yang kuasa untuk
menahan airmatanya, bahkan dari beberapa sudut ruangan terdengar
beberapa isak tangis penuh keharuan.

Ketika panitia membawa Wo
turun dari panggung ke ruang istirahat, saya segera menyadari meskipun
mata saya masih merah dan bengkak penuh keharuan, namun saya begitu
bersyukur betapa hidup saya jauh lebih berarti karena pernah menerima
Wo sebagai murid saya.

Selama ini saya selalu merasa saya
adalah guru bagi mereka, tapi malam ini saya merasa menjadi seorang
murid yang telah di beri pelajaran berharga oleh Wo. Dialah
sesungguhnya gurunya, guru kehidupan bagi saya dan sayalah muridnya.
Karena malam ini Wo mengajarkan pada saya arti sebuah kerja keras,
cinta kasih dan keberhasilan.
Michi
Michi
bclass 4 stars
bclass 4 stars

Jumlah posting : 722
Join date : 08.10.10
Age : 35
Lokasi : Pekanbaru

Kembali Ke Atas Go down

Mungkin sepertinya kita para orang tua perlu lebih banyak belajar dari anak...? Empty Re: Mungkin sepertinya kita para orang tua perlu lebih banyak belajar dari anak...?

Post by ai ichimay Wed Feb 16, 2011 4:58 pm

hikshikshiks...
jadi terharu,,, jd ikutan nangis uga,,,
ai ichimay
ai ichimay
bclass 1 stars
bclass 1 stars

Jumlah posting : 156
Join date : 08.10.10
Lokasi : pekanbaru

http://m.facebook.//ainul_ichimay

Kembali Ke Atas Go down

Mungkin sepertinya kita para orang tua perlu lebih banyak belajar dari anak...? Empty Re: Mungkin sepertinya kita para orang tua perlu lebih banyak belajar dari anak...?

Post by shaka Thu Feb 17, 2011 7:56 am

emang ada di dunia nyata yang seperti itu ??? banyak cerita kayak gini hasil karangan aja lho curl-lip
shaka
shaka
Super Moderator
Super Moderator

Jumlah posting : 622
Join date : 08.10.10
Age : 40
Lokasi : Pekanbaru

Kembali Ke Atas Go down

Mungkin sepertinya kita para orang tua perlu lebih banyak belajar dari anak...? Empty Re: Mungkin sepertinya kita para orang tua perlu lebih banyak belajar dari anak...?

Post by Michi Thu Feb 17, 2011 8:01 am

Wallaahu'alam,,,

at least bisa ngambil pembelajarannya... Mungkin sepertinya kita para orang tua perlu lebih banyak belajar dari anak...? 309398
Michi
Michi
bclass 4 stars
bclass 4 stars

Jumlah posting : 722
Join date : 08.10.10
Age : 35
Lokasi : Pekanbaru

Kembali Ke Atas Go down

Mungkin sepertinya kita para orang tua perlu lebih banyak belajar dari anak...? Empty Re: Mungkin sepertinya kita para orang tua perlu lebih banyak belajar dari anak...?

Post by Sponsored content


Sponsored content


Kembali Ke Atas Go down

Kembali Ke Atas

- Similar topics

 
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik