Login
Latest topics
Top posters
Michi | ||||
shaka | ||||
Don Corleone | ||||
Sevenseent | ||||
ezapos n-gage | ||||
ai ichimay | ||||
d'kZkG | ||||
rudy_comel | ||||
amekx | ||||
idna |
Thailand Flashback (2) - Cheoung Ek
Halaman 1 dari 1
Thailand Flashback (2) - Cheoung Ek
Mengintip Sejarah Kelam Kamboja (2)
Pada pertengahan 1970-an, Kamboja dikuasai rezim Khmer Merah pimpinan Pol
Pot, yang memiliki cita-cita mengubah Kamboja menjadi negara agraris dengan
menganut paham ultra-Maoisme. Dia memindahkan orang dari kota ke desa untuk
bekerja di ladang dan membunuh siapa saja yang menentang. Banyak orang tak
bersalah, termasuk wanita, anak-anak, dan orang tua yang menjadi korban
kekejaman rezim Khmer Merah.
Cheoung Ek
Beberapa turis berjalan melintasi kuburan massal Cheoung Ek
di pinggiran kota Phnom Penh, Kamboja. Kredit foto: AP/Heng
Sinith
Terletak sekitar 14 km dari Phnom Penh, ibukota Kamboja,
Cheoung Ek adalah salah satu tempat rezim Khmer Merah membunuhi dan mengubur
orang yang dianggap menentang kekuasaan rezim tersebut. Para tahanan yang
dipenjara di Tuol Sleng (baca tulisan Bagian 1), akan dibawa ke Cheoung Ek untuk
dibunuh.
Saya pergi ke Cheoung Ek menggunakan tuk-tuk selama satu jam,
dengan ongkos $ 7. Jalanan ke arah luar kota ini sangat berdebu, sehingga saya
harus menutup muka dengan syal. Sekilas, tempat ini terlihat seperti taman
dengan pepohonan rindang. Banyak kupu-kupu yang juga beterbangan. Para pedagang
suvenir menawarkan dagangan mereka.
Tiket masuk ke Cheoung Ek adalah $ 2
(walaupun mata uang resmi Kamboja adalah Riel, mereka juga menerima pembayaran
dalam dolar Amerika).
Di Cheoung Ek, bangunan yang paling menonjol
adalah sebuah menara tinggi, yang di dalamnya terdapat tumpukan kurang lebih 8
ribu tengkorak manusia hasil kekejaman rezim Pol Pot. Tumpukan pakaian bekas
para korban tersebut pun dipajang di dalam menara. Para turis, termasuk saya,
sibuk mengambil gambar. Pemandangan tersebut sungguh luar biasa sekaligus
tragis. Tak ada seorangpun yang tertawa maupun bercanda ketika mengambil
gambar.
Selesai mengelilingi menara, saya memutuskan mengelilingi
kompleks Cheoung Ek. Di sebuah sudut, saya melihat berbagai alat pembunuh yang
dulu digunakan untuk menghabisi para tahanan. Sangkur, rantai besi, dan berbagai
peralatan pembunuh lainnya.
Di sudut lainnya saya menemukan sebuah
lubang besar dengan petunjuk dalam bahasa lokal serta bahasa Inggris yang
kira-kira berbunyi "Di sini ditemukan tumpukan korban tanpa kepala". Sementara
di tempat yang lain terdapat tanda "Di sini ditemukan korban wanita dalam
keadaan tanpa busana". Ada banyak tanda-tanda lain yang sama
mengerikannya.
Untungnya, berbeda dengan Tuol Sleng, Cheoung Ek merupakan
lapangan terbuka sehingga tidak terasa begitu mengerikan. Menara yang menjulang
dengan tumpukan tengkoraknya tetap mendominasi tempat ini.
Walau perut
sudah melilit, dan ada beberapa warung makanan di luar kompleks, saya tidak
berselera makan. Saya memutuskan kembali ke pusat kota dan menghabiskan waktu di
kota.
Sumber: Yahoo.com
Pada pertengahan 1970-an, Kamboja dikuasai rezim Khmer Merah pimpinan Pol
Pot, yang memiliki cita-cita mengubah Kamboja menjadi negara agraris dengan
menganut paham ultra-Maoisme. Dia memindahkan orang dari kota ke desa untuk
bekerja di ladang dan membunuh siapa saja yang menentang. Banyak orang tak
bersalah, termasuk wanita, anak-anak, dan orang tua yang menjadi korban
kekejaman rezim Khmer Merah.
Cheoung Ek
Beberapa turis berjalan melintasi kuburan massal Cheoung Ek
di pinggiran kota Phnom Penh, Kamboja. Kredit foto: AP/Heng
Sinith
Terletak sekitar 14 km dari Phnom Penh, ibukota Kamboja,
Cheoung Ek adalah salah satu tempat rezim Khmer Merah membunuhi dan mengubur
orang yang dianggap menentang kekuasaan rezim tersebut. Para tahanan yang
dipenjara di Tuol Sleng (baca tulisan Bagian 1), akan dibawa ke Cheoung Ek untuk
dibunuh.
Saya pergi ke Cheoung Ek menggunakan tuk-tuk selama satu jam,
dengan ongkos $ 7. Jalanan ke arah luar kota ini sangat berdebu, sehingga saya
harus menutup muka dengan syal. Sekilas, tempat ini terlihat seperti taman
dengan pepohonan rindang. Banyak kupu-kupu yang juga beterbangan. Para pedagang
suvenir menawarkan dagangan mereka.
Tiket masuk ke Cheoung Ek adalah $ 2
(walaupun mata uang resmi Kamboja adalah Riel, mereka juga menerima pembayaran
dalam dolar Amerika).
Di Cheoung Ek, bangunan yang paling menonjol
adalah sebuah menara tinggi, yang di dalamnya terdapat tumpukan kurang lebih 8
ribu tengkorak manusia hasil kekejaman rezim Pol Pot. Tumpukan pakaian bekas
para korban tersebut pun dipajang di dalam menara. Para turis, termasuk saya,
sibuk mengambil gambar. Pemandangan tersebut sungguh luar biasa sekaligus
tragis. Tak ada seorangpun yang tertawa maupun bercanda ketika mengambil
gambar.
Selesai mengelilingi menara, saya memutuskan mengelilingi
kompleks Cheoung Ek. Di sebuah sudut, saya melihat berbagai alat pembunuh yang
dulu digunakan untuk menghabisi para tahanan. Sangkur, rantai besi, dan berbagai
peralatan pembunuh lainnya.
Di sudut lainnya saya menemukan sebuah
lubang besar dengan petunjuk dalam bahasa lokal serta bahasa Inggris yang
kira-kira berbunyi "Di sini ditemukan tumpukan korban tanpa kepala". Sementara
di tempat yang lain terdapat tanda "Di sini ditemukan korban wanita dalam
keadaan tanpa busana". Ada banyak tanda-tanda lain yang sama
mengerikannya.
Untungnya, berbeda dengan Tuol Sleng, Cheoung Ek merupakan
lapangan terbuka sehingga tidak terasa begitu mengerikan. Menara yang menjulang
dengan tumpukan tengkoraknya tetap mendominasi tempat ini.
Walau perut
sudah melilit, dan ada beberapa warung makanan di luar kompleks, saya tidak
berselera makan. Saya memutuskan kembali ke pusat kota dan menghabiskan waktu di
kota.
Sumber: Yahoo.com
Michi- bclass 4 stars
- Jumlah posting : 722
Join date : 08.10.10
Age : 35
Lokasi : Pekanbaru
Halaman 1 dari 1
Permissions in this forum:
Anda tidak dapat menjawab topik
Wed Jan 02, 2013 9:26 am by Michi
» Materi Dosen
Wed Dec 19, 2012 10:00 am by Michi
» Materi 20 Nov '12
Mon Nov 26, 2012 2:57 pm by shaka
» Catatan
Fri Nov 23, 2012 11:51 am by idna
» Materi 1-5
Wed Nov 21, 2012 11:45 am by Michi
» 3. Masalah Penelitian
Wed Nov 07, 2012 11:17 am by idna